Laporan Praktikum Jaringan Hewan
D
i
S
u
s
u
n
Abbas Riva’i Dalimunthe
Amirah Hanun Lubis
Dina Adelina Azzah Harahap
Fadhlan Fathurrahman
Muhammad Syafrizal
XI IPA Unggul 1
MAN 1 Medan
Kata Pengantar
Assalamualaikum wr, wb
Puji syukur saya panjatkan kepada
Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga kami dapat mengumpulkan
tugas laporan praktikum dengan tepat waktu.
Harapan kami semoga laporan ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi laporan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Laporan ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.
Wassalamualaikum wr,wb
Medan, September 2013
Kelompok 1
Daftar Isi
Kata
Pengantar....................................................................................................... 2
Daftar
isi................................................................................................................ 3
Bab 1
·
Tujuan........................................................................................................... 4
·
Dasar teori................................................................................................. 4
Bab 2
·
Alat dan Bahan........................................................................................... 10
·
Cara kerja................................................................................................... 10
Bab 3
·
Hasil Pengamatan....................................................................................... 11
Daftar
Pustaka...................................................................................................... 18
Bab 1
· Tujuan
Memahami
macam-macam jaringan hewan dan strukturnya.
·Dasar Teori
STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN HEWAN
A. Jaringan
Epitelium
§ Adalah jaringan
pembatas dan pelapis yang menyelubungi atau melapisi
permukaan organ, rongga, dan saluran, baik
di luar maupun di dalam tubuh.
§ Jaringan epitelium
yang melapisi lapisan luar tubuh disebut epidermis.
§ Jaringan epitelium
yang membatasi organ dalam disebut endotelium.
§ Jaringan epitelium
yang membatasi rongga disebut mesotelium.
1.
Ciri-ciri jaringan
epitelium
·
Tersusun
rapat sehingga hampir tidak ada ruang antarsel.
·
Tidak
mengandung pembuluh darah. Sel epitelium mendapat makanan dari kapiler darah yang
terdapat pada jaringan ikat.
·
Memiliki kemampuan
regenerasi cukup
tinggi.
2.
Klasifikasi
a. Epitelium selapis
1. Epitelium pipih
selapis
·
Terdiri
atas selapis sel berbentuk pipih. Tipe ini tipis dan bersifat permeabel.
·
Peranannya adalah dalam proses difusi O2
maupun CO2 serta filtrasi darah pada proses pembentukan urin.
·
Terdapat pada dinding kapiler
tempat terjadinya proses pertukaran nutrien dan zat sisa antara bdarah dan
jaringan tubuh.
·
Terdapat
pada alveolus, tempat terjadinya pertukaran gas.
2.
Epitelium kubus
selapis
·
Terdiri
atas selapis sel berbentuk kubus.
·
Terdapat
pada saluran kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan saluran pada ginjal.
·
Berperan
dalam sekresi dan absorpsi.
3. Epitelium batang
berlapis semu
·
Melekat pada
membran dasar,
·
Nukleus sel terdapat pada
ketinggian yang berbeda,
·
Terdapat
misalnya pada bagian dalam saluran pernapasan, berfungsi
mengeluarkan debu yang terperangkap
pada lendir dari paru-paru.
b. Epitelium berlapis
1.
Epitelium pipih berlapis
·
Terdiri dari banyak lapisan sel
dan sel di permukaannya berbentuk pipih.
·
Epitelium
pipih berlapislah yang paling tebal dan paling sesuai untuk fungsi
perlindungan.
·
Membentuk
epidermis kulit, bagian dalam mulut, esofagus, dan vagina.
2.
Epitelium kubus dan batang berlapis
·
Jarang
terdapat pada tubuh hanya ada di saluran besar misalnya.
·
Kelenjar
susu, kelenjar ludah, pangkal
esofagus, dan berperan dalam
sekresi
3.
Epitelium transisional
·
Terdapat
pada organ urinari, misalnya ureter dan bagian dalam ginjal.
·
Membentuk
penghalang impermeabel (tidak dapat ditembus) sehingga urin tidak menembus
dinding kantong kemih.
4. Epitelium kelenja
·
Pada kelenjar
endokrin, sel epitelium yang
menghubungkan antara kelenjar dan permukaan epitelium menghilang. Contohnya
adalah kelenjar tiroid.
·
Hasil
sekresi kelenjar eksokrin langsung menuju permukaan epitelium.
·
Kelenjar
eksokrin multiselular memiliki saluran untuk menyalurkan hasil sekresi ke permukaan epitelium.
B. Jaringan Ikat
Sel-sel Jaringan Ikat:
² Fibroblas berfungsi
mensekresikan protein.
² Makrofag berbentuk tidak
teratur dan khusus terdapat di dekat pembuluh darah.
² Sel tiang berfungsi
menghasilkan substansi heparin dan histamin.
² Sel lemak adalah sel yang
terspesialisasi khusus untuk menyimpan lemak.
² Sel darah putih, berfungsi melawan patogen.
1. Jaringan Ikat Longgar
Fungsi
jaringan ikat longgar adalah:
ü Memberi bentuk organ dalam,
misalnya kelenjar limfa,
ü Menyokong,
mengelilingi, dan menghubungkan elemen dari seluruh jaringan lain, misalnya:
·
menyelubungi
serat otot
·
melekatkan
jaringan di bawah kulit
·
membentuk
membran yang membatasi jantung dan rongga perut
·
membentuk
membran yang disebut mesenteris
2. Jaringan Ikat Padat
Jaringan ikat padat dibagi menjadi dua jenis:
a) Jaringan ikat padat tak
teratur mempunyai pola yang tidak teratur. Terdapat pada bagian dermis kulit
dan pembungkus tulang.
b) Jaringan ikat padat teratur mempunyai pola yang teratur. Terdapat pada tendon yang
menghubungkan otot dengan tulang
3. Tulang rawan (kartilago)
Merupakan
hasil spesialisasi dari jaringan ikat berserat dengan matriks elastis.
Ada
tiga jenis tulang rawan:
a. Tulang rawan hialin
Matriksnya
memiliki serat kolagen yang tersebar dalam bentuk anyaman halus dan rapat.
b. Tulang rawan elastik
Serat
kolagen tulang rawan elastik tidak tersebar dan nyata
seperti pada
tulang rawan hialin.
c. Tulang rawan fibrosa
Lakuna-lakunanya
bulat atau bulat telur dan berisi sel-sel (kondrosit).
C. Jaringan
Otot
Serat
otot mengandung filamen aktin dan miosin sebagai alat gerak
aktif. Jaringan otot tersusun atas sel-sel membujur dan miofibril.
1. Otot Polos
·
Terdiri
atas sel-sel berbentuk seperti
gelendong panjangnya antara 30-200 milimikron.
·
Memiliki satu inti yang terletak di
bagian tengah sel.
·
Kontraksi sel
otot polos tidak di bawah
pengaruh kesadaran disebut otot involunter.
·
Aktivitas otot
polos tidak menimbulkan kelelahan
·
Otot polos
terdapat pada
rongga tubuh seperti saluran pencernaan makanan.
2.
Otot Lurik
·
Berbentuk silinder yang panjang
dan tidak bercabang
·
Panjang sel
bervariasi antara 3-4 cm.
·
Memiliki
banyak inti sel yang terletak di bagian tepi sel.
·
Kontraksi
otot lurik di bawah kesadaran.
·
Kontraksi otot
lurik cepat dan kuat serta dapat menimbulkan kelelahan.
·
Otot lurik melekat di bagian
rangka.
3.
Otot Jantung
·
Struktur otot
jantung menyerupai otot lurik.
·
Sel-sel otot
jantung membentuk rantai dan sering bercabang dua atau lebih
membentuk sinsitium.
·
Memiliki satu atau
dua inti sel yang terletak di bagian tengah sel.
·
Sel otot jantung dipersarafi oleh sistem saraf autonom.
·
Kontraksi
tidak di bawah pengaruh kesadaran (involunter) dan tidak menimbulkan kelelahan.
D.
Jaringan Saraf
Jaringan syaraf tersusun
atas sel-sel syaraf (neuron). Jaringan syaraf merupakan perkembangan dari
lapisan embrional ectoderm. Jaringan syaraf sangat penting untuk mengatur kerja
organ-organ tubuh bersama system hormon.
Jenis Sel Saraf
1. Neuron sensori (neuron aferen)
Menyampaikan rangsangan dari organ
penerima rangsang (reseptor) kepada sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).
2. Neuron intermediet
(interneuron)
Membentuk
mata rantai dan terdapat di dalam sistem saraf pusat. Dirangsang
oleh impuls dari neuron sensori atau dari neuron intermediet lain.
3. Neuron motor (neuron eferen)
Berfungsi
mengirimkan impuls dari sistem saraf pusat ke otot dan kelenjar yang akan
melakukan respons tubuh.
E. Jaringan Darah
·
Berfungsi
untuk pengangkutan CO2 dan O2, sari-sari makanan, hormon, sisa metabolisme dan
alat pertahanan tubuh.
·
Komponen penyusunnya adalah eritrosit (sel
darah merah), leukosit (sel darah puith), dan trombosit (keping darah).
a)
Eritrosit
Tidak mempunyai inti sel dan sitoplasmanya
mengandung hemoglobin.
b) Leukosit
Mengandung inti sel dan dapat bergerak. Terbagi
menjadi dua, yaitu leukosit agranuler dan leukosit granuler.
c)
Trombosit
Tidak memiliki inti dan mudah pecah apabila menyentuh
permukaan yang kasar. Dapat melepaskan enzim tromboplastin yang berperan dalam
pembekuan darah.
F. Jaringan
Getah Bening (Limfe)
Tersusun
atas sel-sel limfosit dan makrophag serta serat-serat retikuler yang menjadi
rangka untuk menahan timbunan limposit dan macrophage.
G. Jaringan
Lemak
Tersusun atas sel-sel
lemak dan matriks. Jaringan lemak bersal dari sel-sel mesenkim.
Fungsi jaringan lemak
adalah untuk cadangan energi,penjaga kestabilan tubuh danproteksi mekanis.
Bab 2
·
Alat dan Bahan
1.
Mikroskop
2.
Preparat
awetan dari berbagai macam jaringan antara lain jaringa epitel, otot, tulang
rawan, darah.
· Cara Kerja
1. Fokuskan mikroskop
sehingga Anda mendapat bayangan yang jelas.
2. Selanjutnya, siapkan
preparat awetan jaringan dan amatilah masing-masing jaringan itu di bawah
mikroskrop.
3. Gambarlah hasil pengamatan
Anda pada buku tugas dan berikan keterangan dari masing-masing jaringan
tersebut.
4. Jawab
pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Jelaskan bentuk dan
susunan sel dari jaringan itu!
b. Berapakah jumlah lapisan
selnya dan bagaimanakah dengan intinya?
c. Selanjutnya analisislah
tempat jaringan-jaringan itu dapat Anada temukan pada organ tubuh Anda!
Bab 3
·
Hasil Pengamatan
1.
Gambarlah
hasil pengamatan Anda!
2.
Jelaskan
bentuk dan susunan sel dari jaringan itu!
Jawab:
1. Eritrosit
Dalam
setiap 1 mm3 darah terdapat sekitar 5 juta eritrosit atau sekitar 99%, oleh
karena itu setiap pada sediaan darah yang paling banyak menonjol adalah sel-sel
tersebut. Dalam keadaan normal, eritrosit manusia berbentuk bikonkaf dengan
diameter sekitar 7 -8 μm, tebal ± 2.6 μm dan tebal tengah ± 0.8 μm dan tanpa
memiliki inti.
Apabila
diamati pada sediaan apus, ternyata sel-selnya berukuran hampir sama, kecuali
pada penyakit darah tertentu akan mengalami penyimpangan baik dalam bentuk,
ukuran dan pewarnaan. Eritrosit yang berukuran kurang dari 6 μm dinamakan
mikrosit dan yang berukuran lebih dari normal (6 μm-12 μm) dinamakan makrosit.
Komposisi
molekuler eritrosit menunjukan bahwa lebih dari separuhnya terdiri dari air
(60%) dan sisanya berbentuk substansi padat. Secara keseluruhan isi eritrosit
merupakan substansi koloidal yang homogen, sehingga sel ini bersifat elastis
dan lunak.
Dengan keadaan isi eritrosit yang berbentuk sebagai agar-agar tersebut, tidaklah mungkin bagi eritrosit untuk mempertahankan bentuk bikonkaf apabila tidak ada struktur khusus yang menjaganya. Ada yang menduga bahwa salah satu faktor yang berperan dalam adalah struktur dan molekul yang membentuk isinya sendiri. Hal tersebut didasarkan adanya kelainan bentuk eritrosit yang mirip bulan sabit pada anemi bulan sabit (sicle cell anemia).
Dengan keadaan isi eritrosit yang berbentuk sebagai agar-agar tersebut, tidaklah mungkin bagi eritrosit untuk mempertahankan bentuk bikonkaf apabila tidak ada struktur khusus yang menjaganya. Ada yang menduga bahwa salah satu faktor yang berperan dalam adalah struktur dan molekul yang membentuk isinya sendiri. Hal tersebut didasarkan adanya kelainan bentuk eritrosit yang mirip bulan sabit pada anemi bulan sabit (sicle cell anemia).
Pada
penderita tersebut ternyata struktur molekul hemoglobinnya berbeda dengan
normal. Struktur kerangka sel yang berbentuk filamen dan mikrotubuli tentu saja
merupakan faktor yang berperan dalam mempertahankan bentuk sel.
Seperti
halnya sel-sel yang lain, eritrosit pun dibatasi oleh membran plasma yang
bersifat semipermeable dan berfungsi untuk mencegah agar koloid yang
dikandungnya tetap didalam. Dari pengamatan eritrosit banyak hal yang harus
diperhatikan untuk mengungkapkan berbagai kondisi kesehatan tubuh. Misalnya
tentang bentuk, ukuran, warna dan tingkat kedewasaan eritrosit dapat berbeda
dari normal. Jika dalam sediaan apus darah terdapat berbagai bentuk yang
abnormal dinamakan poikilosit, sedangkan sel-selnya cukup banyak maka keadaan
tersebut dinamakan poikilositosis. Eritrosit yang berukuran kurang dari
normalnya dinamakan mikrosit dan yang berukuran lebih dari normalnya dinamakan
makrosit.
Warna
eritrosit tidak merata seluruh bagian, melainkan bagian tengah yang lebih
pucat, karena bagian tengah lebih tipis daripada bagian pinggirnya. Pada
keadaan normal bagian tengah tidak melebihi 1/3 dari diameternya sehingga
selnya dinamakan eritrosit normokhromatik. Apabila bagian tengah yang pucat
melebar disertai bagian pinggir yang kurang terwarna maka eritrosit tersebut
dinamakan eritrosit hipokromatik. Sebaliknya apabila bagian tengah yang memucat
menyempit selnya dimanakan eritrosit hiperkhromatik.
2. Leukosit
Leukosit
adalah sel darah yang mengendung inti, disebut juga sel darah putih. Sebenarnya
leukosit merupakan kelompok sel dari beberapa jenis. Untuk klasifikasinya
didasarkan pada morfologi inti adanya struktur khusus dalam sitoplasmanya.
a. Netrofil
Di
antara granulosit, netrofil merupakan merupakan jenis sel yang terbanyak yaitu
sebanyak 60 – 70% dari jumlah seluruh leukosit atau 3000-6000 per mm3 darah
normal.
Pada
perkembangan sel netrofil dalam sumsum tulang, terjadi perubahan bentuk
intinya, sehingga dalam darah perifer selalu terdapat bentuk-bentuk yang masih
dalam perkembangan. Dalam keadaan normal perbandingan tahap-tahap mempunyai
harga tertentu sehingga perubahan perbandingan tersebut dapat mencerminkan
kelainan. Sel netrofil matang berbentuk bulat dengan diameter 10-12 μm. Intinya
berbentuk tidak bulat melainkan berlobus berjumlah 2-5 lobi bahkan dapat lebih.
Makin muda jumlah lobi akan berkurang. Yang dimaksudkan dengan lobus yaitu
bahan inti yang terpisah-pisah oleh bahan inti berbentuk benang. Inti terisi
penuh oleh butir-butir khromatin padat sehingga sangat mengikat zat warna basa
menjadi biru atau ungu. Oleh karena padatnya inti, maka sukar untuk untuk
memastikan adanya nukleolus.
Dalam netrofil terdapat adanya bangunan pemukul genderang pada inti netrofil yang tidal lain sesuai dengan Barr Bodies yang terdapat pada inti sel wanita. Barr Bodies dalam inti netrofil tidak seperti sel biasa melainkan menyendiri sebagai benjolan kecil. Hal ini dapat digunakan untuk menentukan apakah jenis kelamin seseorang wanita.
Dalam netrofil terdapat adanya bangunan pemukul genderang pada inti netrofil yang tidal lain sesuai dengan Barr Bodies yang terdapat pada inti sel wanita. Barr Bodies dalam inti netrofil tidak seperti sel biasa melainkan menyendiri sebagai benjolan kecil. Hal ini dapat digunakan untuk menentukan apakah jenis kelamin seseorang wanita.
Dalam
sitoplasma terdapat 2 jenis butir-butir ata granul yang berbeda dalam
penampilannya dengan ukuran antara (0.3-0.8μm).
Granul pada neutrofil tersebut yaitu :
Granul pada neutrofil tersebut yaitu :
·
Azurofilik
yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase, dimana sudah mulai tampak sejak
masih dalam sumsum tulang yang makin dewasa makin berkurang jumlahnya.
Ukurannya lebih besar dari pada jenis butir yang kedua dan kebanyakan telah
kehilangan kemampuan mengikat warna. Dengan pewarnaan Romanovsky butiran ini tampak
ungu kemerah-merahan.
·
Granul
spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat bakterisidal
(protein Kationik) yang dinamakan fagositin. Dinamakan butir spesifik karena
hanya terdapat pada sel netrofil dengan ukran lebih halus. Butiran ini baru
tampak dalam tahap mielosit, berwarna ungu merah muda dan pada sel dewasa akan
tampak lebih banyak daripada butir azurofil
Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit mitokonria. Apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen.
Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit mitokonria. Apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen.
·
Eosinofil
Jumlah sel eosinofil sebesar 1-3% dari seluruh lekosit atau 150-450 buah per mm3 darah. Ukurannya berdiameter 10-15 μm, sedikit lebih besar dari netrofil. Intinya biasanya hanya terdiri atas 2 lobi yang dipisahkan oleh bahan inti yang sebagai benang. Butir-butir khromatinnya tidak begitu padat kalau dibandingkan dengan inti netrofil. Sitoplasmanya berisi penuh dengan butir-butir dalam netrofil sedang warnanya merah atau oranye. Ukuran butir-butir spesifik tersebut berdiameter antara 0.5-1 μm.
Jumlah sel eosinofil sebesar 1-3% dari seluruh lekosit atau 150-450 buah per mm3 darah. Ukurannya berdiameter 10-15 μm, sedikit lebih besar dari netrofil. Intinya biasanya hanya terdiri atas 2 lobi yang dipisahkan oleh bahan inti yang sebagai benang. Butir-butir khromatinnya tidak begitu padat kalau dibandingkan dengan inti netrofil. Sitoplasmanya berisi penuh dengan butir-butir dalam netrofil sedang warnanya merah atau oranye. Ukuran butir-butir spesifik tersebut berdiameter antara 0.5-1 μm.
·
Basofil
Jenis sel ini terdapat paling sedikit diantara sel granulosit yaitu sekitar 0.5%, sehingga sangat sulit diketemukan pada sediaan apus. Ukurannya sekitar 10-12 μm sama besar dengan netrofil. Kurang lebih separuh dari sel dipenuhi oleh inti yang bersegmen-segmen ata kadang-kadang tidak teratur. Inti satu, besar bentuk pilihan irreguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti, sehingga tidak mudah untuk mempelajari intinya. Granul spesifik bentuknya ireguler berwarna biru tua dan kasar tampak memenuhi sitoplasma, bahkan seakan-akan menimbuni inti sehingga tidak mudah untuk mempelajari intinya. Dalam banyak hal butir-butir biru tersebut mempunyai kesamaan dengan butir-butir dalam mastosit. Oleh karena itu, peneliti menduga bahwa mastosit dalam jaringan berasal dari sel-sel basofil dalam darah. Butir-butir itupun dapat membebaskan histamine dan heparin pada reaksi alergi, mengakibatkan peningkatan respon radang.
Jenis sel ini terdapat paling sedikit diantara sel granulosit yaitu sekitar 0.5%, sehingga sangat sulit diketemukan pada sediaan apus. Ukurannya sekitar 10-12 μm sama besar dengan netrofil. Kurang lebih separuh dari sel dipenuhi oleh inti yang bersegmen-segmen ata kadang-kadang tidak teratur. Inti satu, besar bentuk pilihan irreguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti, sehingga tidak mudah untuk mempelajari intinya. Granul spesifik bentuknya ireguler berwarna biru tua dan kasar tampak memenuhi sitoplasma, bahkan seakan-akan menimbuni inti sehingga tidak mudah untuk mempelajari intinya. Dalam banyak hal butir-butir biru tersebut mempunyai kesamaan dengan butir-butir dalam mastosit. Oleh karena itu, peneliti menduga bahwa mastosit dalam jaringan berasal dari sel-sel basofil dalam darah. Butir-butir itupun dapat membebaskan histamine dan heparin pada reaksi alergi, mengakibatkan peningkatan respon radang.
·
Limfosit
Limfosit dalam darah berkuran sangat bervariasi sehingga pada pengamatan sediaan apus darah dibedakan menjadi : limfosit kecil (7-8 μm), limfosit sedang dan limfosit besar (12 μm).
Jumlah limfosit mendduki nomer 2 setelah netrofil yaitu sekitar 1000-3000 per mm3 darah atau 20-30% dari seluruh leukosit. Di antara 3 jenis limfosit, limfosit kecil terdapat paling banyak.
Limfosit kecil ini mempunyai inti bulat yang kadang-kadang bertakik sedikit. Intinya gelap karena khromatinnya berkelompok dan tidak nampak nukleolus. Sitoplasmanya yang sedikit tampak mengelilingi inti sebagai cincin berwarna biru muda. Kadang-kadang sitoplasmanya tidak jelas mungkin karena butir-butir azurofil yang berwarna ungu. Limfosit kecil kira-kira berjumlah 92% dari seluruh limfosit dalam darah.
Limfosit dapat beredar antara peredaran darah dan jaringan limfoid atau sebaliknya. Kemampuan ini tidak dimiliki oleh jenis sel darah lainnya, karena sekali mereka keluar dari peredaran darah tidak akan dapat kembali lagi.
Limfosit dalam darah berkuran sangat bervariasi sehingga pada pengamatan sediaan apus darah dibedakan menjadi : limfosit kecil (7-8 μm), limfosit sedang dan limfosit besar (12 μm).
Jumlah limfosit mendduki nomer 2 setelah netrofil yaitu sekitar 1000-3000 per mm3 darah atau 20-30% dari seluruh leukosit. Di antara 3 jenis limfosit, limfosit kecil terdapat paling banyak.
Limfosit kecil ini mempunyai inti bulat yang kadang-kadang bertakik sedikit. Intinya gelap karena khromatinnya berkelompok dan tidak nampak nukleolus. Sitoplasmanya yang sedikit tampak mengelilingi inti sebagai cincin berwarna biru muda. Kadang-kadang sitoplasmanya tidak jelas mungkin karena butir-butir azurofil yang berwarna ungu. Limfosit kecil kira-kira berjumlah 92% dari seluruh limfosit dalam darah.
Limfosit dapat beredar antara peredaran darah dan jaringan limfoid atau sebaliknya. Kemampuan ini tidak dimiliki oleh jenis sel darah lainnya, karena sekali mereka keluar dari peredaran darah tidak akan dapat kembali lagi.
·
Monosit
Jenis sel agranulosit ini berjumlah sekitar 3-8% dari seluruh leukosit. Sel ini merupakan sel yang terbesar diantara sel leukosit karena diameternya sekitar 12-15 μm. Bentuk inti dapat berbentuk oval, sebagai tapal kuda atau tampak seakan-akan terlipat-lipat. Butir-butir khromatinnya lebih halus dan tersebar rata dari pada butir khromatin limfosit.
Sitoplasma monosit terdapat relatif lebih banyak tampak berwarna biru abu-abu. Berbeda dengan limfosit, sitoplasma monosit mengandung butir-butir yang mengandung perioksidase seperti yang diketemukan dalam netrofil.
Jenis sel agranulosit ini berjumlah sekitar 3-8% dari seluruh leukosit. Sel ini merupakan sel yang terbesar diantara sel leukosit karena diameternya sekitar 12-15 μm. Bentuk inti dapat berbentuk oval, sebagai tapal kuda atau tampak seakan-akan terlipat-lipat. Butir-butir khromatinnya lebih halus dan tersebar rata dari pada butir khromatin limfosit.
Sitoplasma monosit terdapat relatif lebih banyak tampak berwarna biru abu-abu. Berbeda dengan limfosit, sitoplasma monosit mengandung butir-butir yang mengandung perioksidase seperti yang diketemukan dalam netrofil.
3. Trombosit
Walaupun
amanya menunjukan bahwa merupakan sebuah sel, namun sebenarnya tidak memenuhi
syarat sebagai sebuah sel yang utuh karena tidak memiliki inti. Oleh karena itu
dinamakan keping darah. Berbentuk sebagai keping-keping sitoplasma berukuran
2-5 μm lengkap dengan membran plasma yang mengelilinginya. Trombosit ini khusus
terdapat dalam darah mamalia. Untuk menentkan jumlahnya, tidak begit mudah
karena trombosit mempunyai kecenderungan untuk bergumpal.
Diperkirakan
jumlahnya sekitar 150-300ribu setiap μl, sedang umurnya sekitar 8 hari.
Pada
sediaan apus darah, trombosit sering terdapt bergumpal . Setiap keping tampak
bagian tepi yang berwarna biru muda yang dinamakan Hialomer dan bagian tengah
yang berbutir-butir berwarna ungu dinamakan granulomer atau khromomer. Hialomer
mempunyai tonjolan-tonjolan sehingga bentknya tidak teratur.
Hialomer tampak homogen dengan struktur filament dan mikrotubuki yang memungkinkan pembentukan pseupodia.
Hialomer tampak homogen dengan struktur filament dan mikrotubuki yang memungkinkan pembentukan pseupodia.
Granulomer
mengandung mitokondria, granula, vakuola, system tubuli dan butir-butir glikogen.
Kesemuanya ini menandakan bahwa trombosit berasal dari sebuah sel.
Trombosit
berasal dari sel yang sangat besar dalam sumsum tulang belakang yang dinamakan
megakoriosit. Dalam pembentukannya megakoriosit mengalami pembentukkan
celah-celah yang merupakan awal pembelahan menjadi keping-keping yang tetap
terbungkus oleh membrane sel.
3.
Berapakah
jumlah lapisan selnya dan bagaimanakah dengan intinya?
Jawab:
a)
Eritrosit
Tidak mempunyai inti sel dan sitoplasmanya
mengandung hemoglobin.
b)
Leukosit
Mengandung inti sel dan dapat bergerak. Terbagi
menjadi dua, yaitu leukosit agranuler dan leukosit granuler.
c)
Trombosit
Tidak memiliki inti dan mudah pecah apabila menyentuh
permukaan yang kasar. Dapat melepaskan enzim tromboplastin yang berperan dalam
pembekuan darah.
4.
Selanjutnya
analisislah tempat jaringan-jaringan itu dapat Anda temukan pada organ tubuh
Anda!
Jawab:
Jaringan darah terdapat dalam organ
jantung, hati, paru – paru,
ginjal,
sum – sum tulang belakang, dan lidah.
Daftar Pustaka